(Beberapa kalimat saya ambil dari tulisan sesama penderita MG karena ada kesamaan dengan yang saya alami) isinya :
Sering kali saat sakit datang mendera berbagai pertanyaan sering kita lontarkan yang menggambarkan ketidak-siapan diri kita atau keengganan kita menghadapi cobaan ini. Jujur, meskipun saya bisa menerima takdirku untuk sakit, tapi dalam hati sempat terbesit pertanyaan-pertanyaan seperti, “mengapa saya ?”, “mengapa myasthenia?”, “mengapa saat ini?”, "mengapa hidup yang saya jalani terasa amat berat" dan berbagai pertanyaan lagi yang diawali dengan kata “mengapa..?”
Saya memang sempat merasa shock dan kaget setelah membaca berbagai artikel tentang myasthenia. Seolah tidak percaya dengan apa yang dijabarkan di dalam artikel tersebut tapi semua itulah yang saya rasakan. Tentu saja saya sempat menangis. Ketakutan melanda pikiranku dikarenakan ketidakberdayaanku kelak.
Saya takut menghadapi hari dimana saya tidak bisa menggunakan tangan dan kakiku. Ya, saya takut menjadi beban untuk orang-orang yang ada di sekitarku. Sementara saya mempunyai mimpi untuk membuat istri saya bahagia, untuk menyenangkan hati kedua orang tua saya, mertua saya yang sekarang hidup sendiri. Saya sebenarnya punya banyak impian dan cita-cita yang saya mau capai yaitu ingin sekali membuat semua keluarga saya bisa menikmati semua hal yang belum pernah mereka rasakan, terutama istri saya.
Awalnya saya hanya berpura-pura ceria.
Saya tidak mau terlihat sedih atau down karena hal ini tentunya akan menambah pikiran orang-orang di sekelilingku, khususnya istriku. Saya harus terus semangat. Saya tahu, memang tidak mudah menjalani hari bersama myasthenia. Dan semuanya tentu bergantung kepada kekuatan dan semangat hidup masing-masing individu. Yang jelas saya harus terus berpikir positif dan tidak mematikan cahaya harapan yang ada di dalam hatiku.Memulai sesuatu dengan berpikir positif ternyata semakin membuka kesadaranku bahwa Tuhan memiliki rencana yang terbaik untukku. Ternyata banyak hal positif yang bisa saya petik dari sakitku dan menjadi pembelajaran hidup buatku:
1. Saya menjadi pribadi yang lebih pasrah.
Saya tidak mau larut dalam kesedihan atau meratapi nasib burukku. Tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan umatNya. Dan dengan diijinkan penyakit ini membuktikan saya mampu dan nyatanya memang saya bisa. Rasanya memang sia-sia belaka jika saya berfikir buruk pada kemungkinan yang belum terjadi. Saya menyerahkan semuanya kepada yang Tuhan dan berusaha menjalani hari sebaik mungkin. Banyak kisah dalam alkitab yang menguatkan saya, seperti kisah ini :Kebanyakan orang akan complain. Mengeluh. Bersungut-sungut. Atau marah kepada Tuhan. Itu yang dilakukan jutaan bangsa Israel ketika berjalan keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian.
FOOTPRINTS mereka adalah COMPLAINING.
Banyak kejadian dimana kelihatannya tindakan Tuhan tidak makes sense.
Kenapa harus berputar kembali dan terpojok di tepi Laut Teberau menghadapi serbuan tentara Mesir ? Kenapa hanya ada manna?
Kenapa harus menghadapi kehausan dan kekurangan air di padang gurun?
Kenapa Musa yang diangkat menjadi pemimpin?
Saya menemukan kata 'COMPLAIN' di perjalanan bangsa Israel tersebut lebih banyak dari pada kata 'PRAISE' atau ucapan syukur.
Yang terutama di dalam hidup ini, meninggikan namaNya... Perkenalkan Dia yang memberimu kekuatan hingga saat ini, pada dunia. Biar hidupmu mengharumkan namaNya.
ReplyDeletethx being my bestfriend Ton. GBU